NAPAK TILAS JEJAK PROKLAMASI, KEMYAORAN HINGGA RENGKASDENGKLOK
![BANNER-GIF-DASH86](https://i.ibb.co/qMmD6qY/BANNER-GIF-DASH86.gif)
Proklamasi kemerdekaan RI yang dibacakan dalam 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB tak dilaksanakan begitu saja. Banyak hal yang terjadi sebelum barisan kalimat proklamasi RI dibacakan Sukarno pada teras rumahnya tadi, Jalan Pegangsaan Timur 56 (kini area Monumen Proklamasi), Jakarta Pusat.
Bermula menurut kegelisahan tokoh pemuda sehabis mengetahui Jepang telah kalah pada Perang Dunia II, mereka mendesak Sukarno & tokoh nasional lain yang tengah menyusun planning kemerdekaan buat menyegerakan proklamasi. Para darah muda yang tidak ingin proklamasi Indonesia menjadi 'bantuan gratis' dari Jepang itu pun mengasingkan Sukarno & Muhammad Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, supaya berubah pikiran buat mau menyegerakan proklamasi. Peristiwa membawa Sukarno-Hatta keluar Jakarta itu lalu dikenal dalam sejarah sebagai 'Penculikan ke Rengasdengklok.
Akhirnya, hingga pula pada masa yang bersejarah ketika perumusan naskah proklamasi dan pembacaannya di Jakarta Pusat. Tetapi, apakah Anda tahu sejumlah loka yang sebagai saksi bisu usaha proklamasi kemerdekaan RI secara de facto itu bukan menjadi hibah menurut Jepang. Berikut infocalonsarjana rangkumkan buat Anda, meskipun beberapa loka telah tidak sinkron dengan kondisinya pada 1945 silam
1. Bandara Kemayoran
Chairul Saleh dkk menunggu pada Kebun Pisang dekat Bandara Kemayoran, Jakarta Pusat. Mereka menunggu buat menemui pribadi Sukarno-Hatta yang baru tiba menurut Saigon, Vietnam setelah bertemu Jenderal Jepang Hisaichi Terauchi, 14 Juli 1945 petang.
'Selamat datang balik Bung Karno, Bung Hatta. Kami semua menunggu oleh-oleh yang Bung bawa berdasarkan Saigon,' ujar Chairul misalnya diriwayatkan AM Hanafi pada Menteng 31: Markas Pemuda Revolusioner Angkatan 45: Membangun Jembatan Dua Angkatan (1996).
Dalam kesempatan itu Chairul menegaskan kepada Sukarno agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu lama lagi karena Jepang sudah kalah dalam Perang Pasifik. Tetapi, Bung Karno hanya menjawab sepintas tak ingin menyampaikan hal tersebut pada kawasan lapangan terbang tadi. Ia dan Bung Hatta kemudian pulang begitu saja.
Kini, 74 tahun berlalu, Bandara Kemayoran tak lagi beroperasi. Lahan seluas 454 hektare itu ad interim ini dikelola Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK). Perkebunan pisang yang dulu menjadi tempat Chairul dkk menunggu Sukarno-Hatta pun telah usang hilang terkena deru pembangunan selama 74 tahun Indonesia merdeka.
Setelah Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan dalam 17 Agustus 1945, Bandara Kemayoran menjadi tonggak perusahaan kebandarudaraan komersial nasional. Di titik inilah, pengelola bandara Indonesia, Angkasa Pura, lahir dalam awal dekade 1960an.
Dikisahkan, sesudah pulang berdasarkan Amerika Serikat, Presiden Sukarno meminta menterinya supaya lapangan terbang di Indonesia bisa setara menggunakan negara maju lain di dunia. Maka, dalam 1962 diterbitkanlah peraturan pemerintah yg menjadi dasar pendirian Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran.
'Setelah melalui masa transisi selama dua tahun, terhitung semenjak 20 Februari 1964 PN Angkasa Pura Kemayoran resmi mengambil alih secara penuh aset dan operasional Pelabuhan Udara Kemayoran Jakarta dari Pemerintah RI,' demikian dikutip dari situs PT Angkasa Pura I.
Kini, bandara itu tinggal kenangan sesudah berhenti beroperasi pada 1 Juni 1984. Lokasi itu sendiri sudah dijadikan menjadi cagar budaya menurut Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 495 tahun 1993.
Sisanya yang masih tampak hingga sekarang merupakan 2 landasan pacu yg sekarang beralih fungsi jadi jalan raya (Jl Benyamin Sueb & HBR Motik), sisa perkantoran dan hanggar, dan gedung menara kontrol kemudian lintas udara (ATC).
![1. Tulisan 17: Saksi Bisu Hari-hari Jelang Proklamasi](https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2019/08/13/108a4190-7592-4deb-b74d-644a172df863_169.jpeg?w=620)
Saat Infocalonsarjana berkunjung ke sana dalam awal Agustus ini, cat yg menutupi menara ATC yg dibangun pada 1938 itu terpulas cat warna merah & putih. Berbeda menggunakan gedung bekas Bandara Kemayoran yg tampak dari kejauhan berwarna putih, tetapi catnya mulai terkelupas dan kecokelatan. Pintu menuju menara tak bisa diakses generik, & ditutupi pagar berwarna putih, dan dijaga petugas.
"Enggak sanggup masuk sembarang orang pak, harus minta izin PPKK dulu, kirim surat minta izin," ujar Cahya, petugas keamanan menara tadi wacana tidak dibuka biasanya menara tersebut, Kamis (8/8).
Beberapa tahun lalu sempat muncul gagasan supaya bekas bandara itu dijadikan museum yang terbuka bagi umum. Pada 2016 silam PT AP I pun menggelar pertemuan soal rencana itu. Namun, sampai ketika ini planning itu belum jua terwujud pada atas lahan milik Sekretariat Negara tadi.
Gedung eks Terminal Bandara Internasional yg berlokasi di bidang tanah sisi timur Jalan Angkasa saat ini berseberangan dengan Mall Mega Kemayoran, menciptakan suasana wilayah tersebut ramai oleh tunggangan yang berlalu lalang sepanjang jalan. Sementara itu, ATC berada di Jalan Radar, yang berjarak sekitar 1,3 kilometer dari luar pagar eks Bandara Kemayoran.
Bekas huma parkir kendaraan pada bagian belakang gedung eks bandara masih mampu terlihat dari sela sela pagar besi yg mengelilingi bangunan tadi. Terdapat pula pos jaga yang kosong dalam bagian depan gedung, serta beberapa puing-puing bangunan yang tergeletak di beberapa sisi gedung tua tadi.
Pada bagian luar kawasan gedung eks bandara, beberapa pedagang makanan dan minuman kaki 5 terlihat berjejer pada atas trotoar jalan, hanya terhalang pagar besi dari gedung.
![1. Tulisan 17: Saksi Bisu Hari-hari Jelang Proklamasi](https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2014/10/16/85954574-5e00-4c23-968a-321531a840a1_169.jpg?w=620)
Jejak Bandara Kemayoran ini pun sanggup ditemukan rakyat sedunia lewat dongeng bergambar alias komik karya Herge berdasarkan Belgia, Tintin. Pada episode TIntin bertajuk Flight 714 to Sydney, Herge mendeskripsikan petualangan Tintin & sahabatnya Capt Haddock, Profesor Calculus, dan anjingnya Snowy yang pernah singgah pada bandara tadi.
Kisah Bandara Kemayoran sendiri baru hadir lebih kurang 5 tahun sebelum kemerdekaan, ketika Belanda masih menguasai Indonesia sebelum diambil alih Jepang pada 1942. Pada 6 Juli 1940, pesawat DC-tiga milik maskapai Belanda, KNILM, menjadi yg pertama mendarat di bandara tadi. Dua hari lalu, Belanda pun meresmikan bandara yang telah dibangunnya sejak satu dasa warsa sebelumnya.
2. Pertemuan Eijkmann Institute
Setelah mendapatkan jawaban tak memuaskan menurut Sukarno-Hatta soal usulan proklamasi kemerdekaan, pada 14 Agustus 1945 malam kurang lebih pukul 20.00 para pemuda lalu berkumpul di sebuah ruangan belakang Laborotarium Eijkmann Institute, Jalan Pegangsaan Timur angka 17, Jakarta sentra kala itu.
"Ketika malam itu ada pertemuan mahasiswa pemuda itu di kebon jeda di belakang Pegangsaan tuh terdapat [gedung] kedokteran, terdapat di situ bagian pabrik health & bakteriologi, di belakang terdapat kebon buat penelitian, cukup besar kira-kira bersebelahan dengan asrama mahasiswa kedokteran," ujar Sejarawan Rushdy Hoesein
Kini, Laboratorium Bakteriologi Eijkmann Institute yg menjadi titik pertemuan itu sudah sebagai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Bagian Mikrobiologi. Tetapi, ada perubahan pada alamatnya menjadi Jalan Pegangsaan Timur angka 16, ad interim nomor 17 menjadi kampus Universitas Bung Karno (UBK).
'Pertemuan ini dipimpin oleh Chairul Saleh. Pembicaraan-pembicaraan yg dirundingkan artinya: Bagaimana sikap yg akan diambil menghadapi situasi ketika itu dan bagaimana caranya supaya rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada luar segala bentuk & semangat Kemerdekaan Hadiah & bagaimana sikap terhadap Sukarno-Hatta,' tulis Adam Malik dalam Riwayat Proklamasi 17 Agustus (1956).
Dari pertemuan itu diputuskanlah para pemuda akan mencoba melobi pulang Sukarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, tak perlu menunggu persetujuan atau penyerahan dari Jepang. Akhirnya, diputuskan mengirim Wikana dan Darwis buat segera menyampaikan hal itu sekali lagi ke Sukarno pada rumahnya, Jalan Pegangsaan nomor 56.
![1. Tulisan 17: Saksi Bisu Hari-hari Jelang Proklamasi](https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2019/08/13/4628e420-10fc-4d8e-9690-0bcd0e879fa2_169.jpeg?w=620)
Sementara itu, Djohar Nur diperintahkan menyusun persiapan-persiapan pelajar yang terdapat di asramanya, Asrama Badan Permusyawaratan Pelajar-Pelajar Indonesia (Baperpi) yang berada di Cikini 71. Djohar Nur, tulis Adam Malik, dikenal sebagai pemimpin Persatuan Mahasiswa, dan wakilnya merupakan Sajoko dan Sjarif Taib.
'Selanjutnya ditetapkan akan berunding sekali lagi selengkap-lengkapnya di Cikini 71 mendengarkan perslah rendezvous ketiga wakil itu, dan berdasarkan perslah yang akan dinantikan itulah nantinya, diambil putusan & planning apa yg akan dijalankan,' ujar Adam Malik.
Kembali ke titik pada bekas Eijkmann Institute, ketika Infocalonsarjana menyambanginya sekitar awal bulan ini tak terlihat terdapat tanda maupun penanda yang sengaja dibentuk buat memberitahuakn secara sempurna mengenai lokasi pertemuan para Chairul, Wikana dkk di lokasi tersebut dalam 1945. Tak hanya itu, beberapa staf kampus yang ditemui pun mengaku nir mengetahui sejarah dari bangunan tersebut.
"Memang disini itu laboratorium mikrobiologi, cuma saya sendiri enggak tau bila ada sejarahnya rapat pemuda. Enggak pernah terdapat monumen atau dengar berita itu," ujar keliru satu staf Fakultas Kedokteran UI Bagian Mikrobiologi yg enggan namanya diklaim.
Salam Dash86
![BANNER-PROMO-SUPER-BARU](https://i.ibb.co/V3P3yyb/BANNER-PROMO-SUPER-BARU.gif)
0 Response to "NAPAK TILAS JEJAK PROKLAMASI, KEMYAORAN HINGGA RENGKASDENGKLOK"
Post a Comment